Selasa, 08 Maret 2016

Tips Aman Menatap Gerhana Matahari Total dari Astronom


Pakar astronomi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Bintoro Anang Subagyo mengungkapkan beberapa cara aman untuk melihat gerhana matahari pada 9 Maret 2016.

"Gerhana matahari merupakan fenomena langka yang sangat baik untuk disaksikan, karena hal itu akan merangsang pola berpikir ilmiah dan meningkatkan rasa keingintahuan mengenai fenomena alam," katanya di Surabaya, Senin.

Dosen Fisika FMIPA ITS itu menjelaskan gerhana matahari sebenarnya hampir setiap tahun terjadi, tapi tidak terjadi di tempat yang sama, seperti pada Agustus 2017 akan terjadi GMT di wilayah Amerika Utara.

"Mungkin Indonesia akan mengalami GMT lagi sekitar 30 tahun ke depan, namun tidak menutup kemungkinan adanya gerhana matahari parsial, cincin, dan sebagainya," katanya.

Namun, momen yang sangat langka disikapi orang tua dengan melarang anaknya keluar rumah, karena dikhawatirkan berdampak pada kebutaan, seperti pernah dialaminya semasa kecil.

Pria paruh baya yang berencana mengamati GMT di Ternate bersama belasan rekan dosen Fisika ITS itu mengatakan adalah suatu kesalahan apabila masyarakat masih mengikuti tradisi zaman dahulu.

"Itu ketika mendengar ada gerhana, maka respons yang ada ialah larangan keluar rumah karena takut akan mengalami kebutaan. Sebenarnya jika kita melakukan dengan cara yang benar tidak jadi masalah," katanya.

Menurut dia, cara yang benar untuk melihat GMT adalah butuh alat yang tidak mahal untuk melihat gerhana matahari dengan aman.

Lihat juga:Jangan Foto Gerhana Matahari Pakai Kamera Ponsel

"Kita bisa membuat pinhole, menggunakan kedok las, atau membeli kacamata khusus gerhana. Harganya saya rasa tidak mahal sekitar Rp30.000-Rp50.000," ujarnya.

Ia memberikan arahan lagi bahwa pinhole bisa dibuat dengan memberikan lubang kecil pada kertas karton atau kardus yang ditempeli aluminium foil.

Akibat terburuk melihat gerhana matahari dengan cara salah adalah kebutaan
Bintoro Anang Subagyo
"Lubang tersebut berfungsi menangkap sinar matahari untuk kemudian diproyeksikan pada kertas putih untuk pengamatan," katanya.

Menurut dia, hal yang membahayakan adalah menatap secara langsung proses gerhana matahari total tersebut. "Kalau saat matahari tertutup total tidak masalah, tapi kalau matahari muncul kembali dengan intensitas cahaya yang tinggi dan pupil mata kita tidak siap, itu yang bahaya," katanya.

Hal yang juga berbahaya adalah melihat dengan hanya menggunakan kacamata hitam biasa. "Meski terkadang kita bisa melihat matahari secara langsung dengan kacamata hitam, namun pupil kita belum bisa beradaptasi sempurna untuk gerhana matahari," katanya.

Ia menyatakan alat bantu pengelihatan yang baik adalah yang mampu mereduksi cahaya hingga 100.000 kali. Kacamata hitam tidak mampu mereduksi sebanyak itu.

"Akibat terburuk melihat gerhana matahari dengan cara salah adalah kebutaan,"katanya.

Namun, terkadang pengelihatan juga menjadi kabur. Uniknya, gangguan pengelihatan ini tidak terjadi secara langsung setelah melihat gerhana, namun bisa terjadi berhari-hari hingga berminggu-minggu setelahnya.

GMT akan melewati beberapa lokasi di Indonesia, diantaranya Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Untuk kota Surabaya hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian.

Untuk wilayah Surabaya, gerhana matahari dapat disaksikan sekitar pukul 06.21-08.39 WIB. "Namun, yang tertutup di Surabaya hanya 83 persen. Meski begitu, kita bisa mengambil hikmah yang mendalam dari kejadian alam itu," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Android Portal Indonesia