Kita mungkin tak terlalu memikirkan air ludah kita, tapi faktanya, cairan tersebut berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Demikian diungkapkan Gordon Proctor, seorang Professor di bidang Biologi Air Ludah di King's College, London, Inggris.
“Air ludah adalah zat yang luar biasa. Zat ini mungkin 99 persen terdiri atas air, tapi khasiatnya jauh lebih daripada itu,” katanya.
Faktanya, air ludah memiliki bakteri yang sama dengan yang terdapat di dalam usus kita, yakni zat-zat kuat yang memerangi kuman dan membantu penyembuhan luka. Itu sebabnya kenapa kita akan secara spontan mengisap jari kita saat terluka.
Kini, air ludah bahkan digunakan untuk mendeteksi sejumlah penyakit berbahaya. The University of California, Los Angeles (UCLA) baru-baru ini mengumumkan mereka telah mengembangkan tes air ludah senilai 15 pound sterling (Rp 280 ribu) untuk mengidentifikasi kanker paru-paru tahap awal sebelum penyakit itu bisa dideteksi melalui tes darah.
Tes ini dilakukan untuk menemukan bagian-bagian dari DNA tumor dalam satu tetes air ludah dan hasilnya bisa didapat dalam waktu kurang dari 10 menit.
Berikut ini beberapa fakta penting lainnya seputar air ludah:
Air Ludah Kita Mengandung Testosteron
Air ludah pria dan wanita mengandung hormon, seperti testosteron, estrogen, progesteron, kortison, dan melatonin.
“Hormon seperti testosteron dan estrogen bersifat larut dalam lemak sehingga bisa dengan mudah mengalir menembus dinding-dinding sel ke kelenjar ludah,” kata Profesor Proctor.
Air ludah juga mengandung kalsium, senyawa antibakteri, dan sel-sel manusia yang menetes dari lapisan mulut. Karena itu, DNA bisa dianalisis melalui tes air ludah.
“Tanpa air ludah, kita rentan terhadap infeksi,” kata Profesor Proctor.
Kita Memiliki Jenis Air Ludah Berbeda
Air ludah diproduksi oleh kelenjar ludah yang terdiri atas tiga pasang: di pipi (kelenjar parotid), di rahang (submandibular), dan di bawah lidah (sublingual), yang mengirim air ludah melalui saluran ke dalam mulut. Masing-masing kelenjar memproduksi formula yang sedikit berbeda.
“Kelenjar parotid memproduksi air ludah yang membantu membasahi makanan saat kita mengunyah,” kata Profesor Proctor.
Air ludah dari bawah lidah lebih lengket dan merupakan lapisan pelindung khusus yang melapisi bagian dalam mulut saat kita tidak sedang makan.
Kita memproduksi lebih sedikit air ludah saat tidur pada malam hari karena kita pada dasarnya berpuasa sehingga tak ada aksi mengunyah untuk merangsang keluarnya air ludah. Karena itu, kita selalu ingin minum saat baru bangun tidur.
Saat kita melihat atau mencium bau makanan, otak kita akan memberi sinyal kepada kelenjar ludah untuk memproduksi lebih banyak air ludah.
Gigi Bakal Membusuk tanpa Air Ludah
Air ludah juga vital dalam membantu mencegah kerusakan dan erosi gigi. “Air ludah mengandung penahan yang menetralisasi keasaman,” jelas Dr Mervyn Druian, seorang dokter gigi di London.
Ada juga senyawa antibakteri yang kuat di dalam air ludah yang membantu memusnahkan bakteri penyebab plak.
Yang terpenting, aliran air ludah secara konstan mencuci bakteri yang berlebihan sehingga mereka tak bisa bertahan di dalam mulut.
Air ludah juga membantu mengeraskan gigi karena mengandung kalsium.
Mulut Kering Bisa Jadi Pertanda Kita Sakit
Kebanyakan orang memproduksi antara 1 dan 2 liter air ludah setiap hari, sama dengan air kencing yang kita keluarkan.
Minimnya air ludah bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan.
Sindrom Sjogren, kelainan autoimun, menyebabkan kerusakan secara perlahan-lahan pada kelenjar ludah yang bisa menghentikan produksi air ludah.
Mereka yang menjalani perawatan dengan radiasi atau kemoterapi bisa memproduksi lebih sedikit air ludah atau tidak sama sekali.
“Perawatan menggunakan radiasi terhadap kanker di kepala dan leher bisa merusak kelenjar ludah,” kata Dr Guy Carpenter, seorang ahli biologi oral di King's College London Dental Institute.
Minimnya air ludah juga berkaitan dengan menopause.
Air Ludah Bisa Memprediksi Kematian
Sebuah penelitian yang diterbitkan Desember lalu dalam jurnal PLOS One, menunjukkan tingkat antibodi yang ada di dalam air ludah akan menurun mendekati saat-saat kematian.
Para peneliti di University of Birmingham mengukur tingkat antibodi yang dikenal dengan nama A (IgA) pada 639 orang dewasa dan memantaunya selama 19 tahun.
Antibodi ini dikeluarkan oleh sel-sel darah putih yang memerangi infeksi dalam tubuh.
Dr Anna Phillips, seorang psikolog kesehatan di University of Birmingham, yang memimpin penelitian ini menjelaskan: “Bagaimana air ludah bisa digunakan dalam pemeriksaan kesehatan masih harus diteliti.
“Kami harus lebih memahami tingkat sekresi antibodi seperti apa yang bisa dianggap sebagai mengkhawatirkan. Namun kami bisa dengan pasti mengatakan air ludah bisa digunakan sebagai indikator awal risiko kematian.”